Hari sabtu, tanggal 5 November 2022, tepat 23.15 WIB, Kami (Saya bersama suami), berangkat dari rumah di Kawasan Griya Kalibagor Indah Kabupaten Situbondo, setelah sebelumnya menyiapkan perbekalan seadanya, yaitu segelas kopi hitam dan setermos kopi susu serta air putih 2 botol. Di tengah perjalanan Kami, berhenti sejenak untuk membeli beberapa bungkus roti untuk bekal sarapan pagi Kami. Tepat pukul 00.30 WIB, 6 November 2022, Kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi pegunungan Ijen, perjalanan ditempuh lebih kurang 1 jam, sesampainya di Paltuding, Suami Saya mengurus pendaftaran secara online yang memang sudah beliau siapkan sejak sore hari di rumah kami, dan tepat pukul 02.32 WIB, Kami memulai perjalanan pendakian Kami menuju Puncak Ijen yang katanya mencapai sekitar lebih kurang 2.400 mdpl.
Sebenarnya ini bukanlah pendakian pertama Kami ke puncak Ijen, namun karena sudah lama Kami tidak "Muncak", ditambah lagi faktor usia yang sudah tidak muda lagi, maka pendakian kali ini terasa tidaklah mudah, terlebih lagi berat badan kami sekian hari sekian bertambah rasanya hehehe.
Namun semangat Kami tidak kalah dengan anak muda, terbukti selama dalam jalur pendakian, tidak sedikit dari pendaki yang masih muda (terutama wanita) yang memilih naik Ojek, mungkin mereka belum pernah mendaki sebelumnya.
Ojek ini dikemudikan oleh maksimal 3 orang (jika naiknya dari bawah), 1 diantaranya dibelakang yang berfungsi sebagai pendorong sedangkan 2 lainnya bertugas di bagian depan untuk menarik, mungkin karena tanjakan sehingga harus 3 orang yang mengemudikannya. Ketika turun dari puncak, Pengemudi Ojek hanya 1, dan perannya sangat vital untuk menjaga rem karena perjalanan turun dengan tingkat elevasi yang cukup memicu adrenalin. Harga Ojek pun tergolong murah jika dibandingkan dengan upaya yang sangat berat untuk mengantarkan pendaki yang tidak kuat untuk naik ke atas, belum lagi jika diantara mereka memiliki berat badan yang lebih dari 50 kg. Harganya bervariasi, ketika naik dan turun turun tentu saja berbeda, serta berdasarkan berat badan juga. Saya takjub melihat upaya mereka, dengan medan seperti itu. Sesekali Saya memberikan celetukan sekedar memberi semangat pada mereka, dan mereka menerima gurauan Saya dengan senang hati, mungkin juga memberi semangat untuk dirinya. Bahkan mereka pun turut menjaga keselamatan Kami (Para Pendaki), dengan memberikan saran untuk tidak duduk atau berjalan di area yang berdekatan dengan tebing.
Kami juga ditawari untuk naik Ojek tersebut, karena melihat kami sudah berumur mungkin ya hihihi, tapi Kami bersikukuh untuk tetap berjalan, prinsip Kami adalah Alon-alon Asal Kelakon. Jalur pendakian yang hampir seluruhnya merupakan tanjakan, membuat nafas kami sedikit terengah-engah sambil sesekali berhenti untuk mengatur ritme nafas. Di setiap Pos yang disediakan di sepanjang jalur pendakian, yakni ada 6 Pos, bagi Kami yang berat adalah jalur dari Pos 3 ke Pos 4 dan dari Pos 4 ke Pos 5, karena selain tanjakan terus, jarak antar Pos juga jauh.
Kami menikmati langkah demi langkah jalur yang Kami tempuh, kata Suami Saya "enaknya perjalanan malam itu, kita tidak melihat jalan di depan kita sehingga kita tidak berpikir jauhnya, karena jika dari awal kita sudah memikirkan jaraknya maka mental kita akan down, dan itu sudah pasti akan merugikan diri kita. Dan benar saja, karena asyiknya berjalan, tak terasa tepat pukul 04.36 WIB Kami sudah sampai Pos 5, Kami duduk istirahat agak lama, menikmati kopi susu yang Kami bawa dari rumah, Suamiku juga minum air putih menghabiskan 1 botol yang memang sudah diminum sepanjang jalan, Saya malah tidak minum air putih karena hawa dingin membuat Saya enggan untuk minum air putih.
Kemudian Kita meneruskan perjalanan menuju Pos 6 yakni Pos terakhir yang lokasinya ada di Puncak Ijen, sambil sesekali mengabadikan momen perjalanan, dan yang paling menakjubkan adalah saat pemandangan limpahan awan mengelilingi Gunung Ranti yang ada di sebelah kanan Kami berjalan, MasyaAllah begitu indah ciptaan Allah, nikmat Tuhan manakah yang kita dustakan? Sungguh benar-benar indah pemandangannya. Di tengah perjalanan Kami menuju Puncak, di sepanjang jalan pula hamparan tumbuhan Paku mendominasi kawasan tersebut, dan yang menarik perhatian Saya adalah tumbuhan paku unik yang belum pernah Saya temui, daun berukuran tidak terlalu besar mungkin lebih kurang 25 cm dan kaku, hidupnya menempel di bebatuan dan jumlahnya banyak sekali, nanti Saya cari tahu jenis tumbuhan paku tersebut.
Tepat pukul 06.00 WIB, Saya sampai puncak Ijen, lalu Kami duduk istirahat karena sejak dari Pos 5 itu Kami belum duduk sama sekali. Sambil menikmati kembali kopi susu dan sarapan dengan roti kesukaan masing-masing. Lalu kami mengabadikan momen di puncak dengan berfoto secara bergantian, maklum kan Kami cuma berdua hihihi, mau minta tolong "fotokan" pada pendaki lain rasanya Kami sungkan karena mereka juga pasti capek.
Tepat pukul 06.30 WIB, Kami turun dari Puncak Ijen, ternyata banyak hal yang Saya temui selama perjalanan turun, maklum saat baik kan masih gelap, suasana kanan kiri tidak terlihat.
Oh iya, di tengah perjalanan, Kami juga bertemu dengan Para Penambang Belerang, salah satu diantaranya Saya ajak untuk berinteraksi karena dalam perjalanan ke Puncak dan kemudian Saya turun kembali, dan di lokasi yang sama yakni di area sebelum Pos 5 kalau dari atas Kami bertemu sebanyak 2 kali, Dia sangat semangat membawa belerang yang beratnya mencapai 150 kg sekali angkut, jika 2 kali angkut berarti 3 kuintal, karena di usianya yang sudah tidak muda (usianya di atas Saya jauh), Dia masih sangat kuat naik turun seperti itu.
Pukul 8.15 WIB, Kami sampai kembali di Paltuding, lalu kami sejenak istirahat sebelum lanjut pulang, sambil menikmati makanan khas disini yakni Cilok. Dan tepat pukul 08.45 WIB, kami pulang ke rumah.
Sungguh perjalanan luar biasa. Bahwa jangan mudah menyerah, sebelum mencoba. Kesulitan tidak akan pernah ada jika dilewati bersama terutama dengan pasangan kita.
"KARENA BERSAMAMU, TIDAK ADA YANG SULIT BAGIKU"
Sampai bertemu lagi di BERMAIN SELANJUTNYA"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar